BeritaAktual87.net, BOGOR - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memberikan apresiasi tinggi kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor atas semangatnya dalam membangun Museum Pajajaran sebagai wujud pelestarian sejarah dan peradaban Sunda.
Meski museum tersebut belum resmi berdiri, langkah awal yang telah ditempuh melalui hadirnya Bumi Ageung Batutulis dinilai sebagai upaya konkret menjaga warisan budaya. Hal itu disampaikan Dedi saat meninjau Situs Prasasti Batutulis bersama Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, pada Senin (14/4/2025).
"Semangat membangun museum sudah luar biasa. Tinggal nanti disempurnakan dengan sentuhan arsitektur agar benar-benar memancarkan nuansa sejarah masa lalu," ujar KDM (Kang Dedi Mulyadi) sapaan akrab Gubernur Jawa Barat.
Ia juga menyoroti kondisi bangunan pelindung prasasti yang saat ini dikelola oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Jawa Barat. Menurutnya, tampilan bangunan belum mencerminkan nilai estetika dan kebesaran situs Batutulis.
"Kalau kementerian memperbolehkan, saya siap bangun tahun ini juga dengan desain arsitektur khas peradaban Sunda," tegasnya.
KDM juga berencana menggerakkan para ahli geologi, bahasa, sejarah, dan filologi untuk menyusun buku akademis tentang Prasasti Batutulis. Harapannya, setiap pengunjung dapat memahami makna historis situs tersebut sebagai bukti kejayaan Kerajaan Sunda dan Pakuan Pajajaran.
"Raja zaman dulu menuliskan perintahnya di atas batu abadi. Itu menunjukkan kecerdasan dan kebesaran leluhur kita. Orang Sunda punya sejarah yang luar biasa," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, menyambut baik dukungan penuh dari Gubernur Jabar. Ia menyebut Dedi Mulyadi menunjukkan antusiasme tinggi saat mengunjungi Batutulis, bahkan sempat berdiskusi mendalam mengenai isi prasasti dan sejarahnya.
"Pak Gubernur sangat antusias, bahkan memberi banyak masukan. Kita berharap ke depan Museum Pajajaran bisa benar-benar terwujud, salah satunya lewat dukungan dari Pemprov Jabar," ucap Dedie.
Rencana besar ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam membangkitkan kembali semangat masyarakat terhadap sejarah dan budaya Sunda—sekaligus menjadikan Bogor sebagai pusat edukasi sejarah di Jawa Barat. (Red)
Meski museum tersebut belum resmi berdiri, langkah awal yang telah ditempuh melalui hadirnya Bumi Ageung Batutulis dinilai sebagai upaya konkret menjaga warisan budaya. Hal itu disampaikan Dedi saat meninjau Situs Prasasti Batutulis bersama Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, pada Senin (14/4/2025).
"Semangat membangun museum sudah luar biasa. Tinggal nanti disempurnakan dengan sentuhan arsitektur agar benar-benar memancarkan nuansa sejarah masa lalu," ujar KDM (Kang Dedi Mulyadi) sapaan akrab Gubernur Jawa Barat.
Ia juga menyoroti kondisi bangunan pelindung prasasti yang saat ini dikelola oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Jawa Barat. Menurutnya, tampilan bangunan belum mencerminkan nilai estetika dan kebesaran situs Batutulis.
"Kalau kementerian memperbolehkan, saya siap bangun tahun ini juga dengan desain arsitektur khas peradaban Sunda," tegasnya.
KDM juga berencana menggerakkan para ahli geologi, bahasa, sejarah, dan filologi untuk menyusun buku akademis tentang Prasasti Batutulis. Harapannya, setiap pengunjung dapat memahami makna historis situs tersebut sebagai bukti kejayaan Kerajaan Sunda dan Pakuan Pajajaran.
"Raja zaman dulu menuliskan perintahnya di atas batu abadi. Itu menunjukkan kecerdasan dan kebesaran leluhur kita. Orang Sunda punya sejarah yang luar biasa," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, menyambut baik dukungan penuh dari Gubernur Jabar. Ia menyebut Dedi Mulyadi menunjukkan antusiasme tinggi saat mengunjungi Batutulis, bahkan sempat berdiskusi mendalam mengenai isi prasasti dan sejarahnya.
"Pak Gubernur sangat antusias, bahkan memberi banyak masukan. Kita berharap ke depan Museum Pajajaran bisa benar-benar terwujud, salah satunya lewat dukungan dari Pemprov Jabar," ucap Dedie.
Rencana besar ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam membangkitkan kembali semangat masyarakat terhadap sejarah dan budaya Sunda—sekaligus menjadikan Bogor sebagai pusat edukasi sejarah di Jawa Barat. (Red)
0 Komentar